KontanKontan

Ekonomi Tidak Stabil, Begini Tren Investasi Ke Barang Eksotis

Di tengah kondisi ekonomi menantang sepanjang tahun ini berjalan, investasi terhadap barang eksotis atau mewah diperkirakan akan mencetak pertumbuhan yang lebih lambat pada akhir tahun 2024.

Melansir riset dari Bain-Altagamma Luxury, barang mewah personal pertumbuhannya turun 3% pada kuartal ketiga 2024. Sedangkan akhir tahun diproyeksi akan turun 2% dengan nilai pasar saat ini US$ 380 milar.

Secara umum penurunan ini dipengaruhi kondisi ekonomi China yang belum pulih hingga volatilitas pasar pasca pemilu AS.

Ketidakpastian ekonomi global berdampak kepada daya beli, sebab inflasi tinggi menyebabkan harga barang mewah naik signifikan.

Untuk mobil mewah, diproyeksi bakal menurun hingga 5% dengan nilai pasar saat ini US$ 606 miliar. Penurunan tersebut disebabkan segmen ini mengalami polarisasi serta permintaan kelas atas yang mengalami perlambatan.Selain itu adanya persaingan antar pemain lokal di pasar APAC alias kawasan pasifik Barat di Asia, Australia, dan Oseania.

Penurunan ini dipicu oleh polarisasi dalam segmen tersebut dan perlambatan permintaan dari kalangan kelas atas.

Selain itu, adanya persaingan ketat di antara pemain lokal di kawasan Asia-Pasifik (APAC) turut menjadi faktor utama yang menekan pertumbuhan pasar mobil mewah ini.

Pasar karya seni juga diproyeksi melemah pada akhir tahun. Bain-Altagamma Luxury memproyeksi penurunan 7% dengan nilai pasar saat ini US$ 37 miliar.

Proyeksi turun ini disebabkan pasar lelang seni menghadapi penurunan imbas ketegangan geopolitik global, serta kinerja dealer yang lemah dan berdampak kepada pelanggan lokal.

Di sisi lain riset tersebut mencatat ada minat yang berkelanjutan dari investor institusional yang mendukung promosi karya seni kepada kelompok minoritas. Kendari demikian dukungan tersebut disebut belum sepenuhnya berhasil menarik minat kolektor utama.

Namun riset ini mencatat perhiasan dinilai menjadi kategori batang eksotis yang paling tangguh sepanjang tahun ini, didukung oleh konsusi lokal dan wisatawan.

Di Indonesia, tren pasar barang eksotis dinilai masih stabil. Misalnya di sektor karya seni lukisan.

Direktur Ruci Art, Bima Rio Pasaribu mengaku pada awal peminat industri ini cukup positif, dengan penjualan yang mencetak hasil tinggi. Namun memasuki semester II, peminatnya mulai berkurang, terutama di galerinya.

"Pembelinya mengalami penurunan dari jumlah salesnya. Kalau dari galeri kami penurunannya bisa mencapai 20%," kata Rio kepada KONTAN, Jumat (13/12).

Terkait penurunan ini, Rio melihat penyebabnya adalah perhelatan pilpres yang membuat pasar bersikap wait and see. Apalagi barang eksotis merupakan barag tersier, sehingga koletor ataupun investor menahan diri hingga politik kembali stabil. Sebab kestabilan politik memengaruhi ekonomi secara keseluruhan.

Perencana Keuangan Finansia Consulting, Eko Endarto mencermati kalau barang eksotis memiliki pasarnya tersendiri. Biasanya industri ini punya klien dengan loyalitas tinggi danberasal ddari kalangan atas.

Oleh sebab itu, meskipun terjadi pelemahan daya beli, secara umum tidak terlalu berpengaruh. Namun ia melihat, secara jumlah transaksi kemungkinan menurun tetapi secara nilai transaksinya tidak turun.

"Untuk barang mewah bisa turun, karena yang membeli akan berkurang. Tapi yang sudah kaya, saya kira tetap jalan saja. Jadi barang antik dan langka mewah tetap punya pasar," kata Eko kepada KONTAN, Jumat (13/12).

Untuk tahun depan, Aidil Akbar Madjid, Financial Planner and Crypto Enthusiast memproyeksi investasi di barang eksotis bakal lebih lambat. Salah satu sentimenya karena pemerintah Indonesia akan menerapkan kebijakan kenaikan PPN 12% bagi barang mewah. Hal ini berpotensi membuat investor ataupun kolektor beralih ke aset yang lebih dinamis.

"Investor bakal lebih berhati-hati membelanjakan uangnya dan wait and see, karena masih melihat kondisi ekonomi dengan pemerintahan yang baru," kata Aidil.

Oleh sebab itu tahun depan Aidil mencermati barang mewah yang masih prospektif tahun depan adalah mobil elektrik, karena mendapat insentif pajak pemerintah dan barang fungsional. Kalau Eko menilai barang eksotis yang prospektif tahun depan masih dipegang perhiasan dan jam tangan.

Di sisi lain, untuk karya seni, Rio justru optimistis terhadap pertumbuhan investasi seni. Hal ini disokong dengan Menteri Kebudayaan yaitu Fadli Zon yang mendukung pasar seni kontemporer. Sementara terkait kenaikan PPN 12%, Rio tidak melihat hal ini sebagai penghambat atau beban. Menurutnya pembeli atau kolektor akan mengibaratkan membeli barang seni tanpa diskon.


Kontan kaynağından daha fazla haber

Daha fazla haber